Jumat, 11 Februari 2011

KUBAH TIMAH PUTIHNYA BERPENDAR DI LANGIT KAIRO

Ada satu ikon Kota Kairo yang selalu menghiasi buku-buku panduan wisata bagi para turis. Yaitu, Masjid Muhammad Ali Pasha. Masjid dalam Benteng Shalahuddin itu sungguh indah. Kubahnya yang berlapis timah putih berpendar di langit Kairo, terlihat dari berbagai penjuru kota. Apalagi, benteng tersebut memang berada di Bukit Muqattam yang tinggi.
Masjid yang didirikan pada 1830, zaman Sultan Ali Pasha, itu kini sudah berusia 180 tahun. Masjid tersebut dibangun Yusuf Bushnak, arsitek dari Turki kelahiran Bosnia. Desainnya mengadaptasi bangunan-bangunan Romawi dan Eropa modern. Tempat ibadah itu berlokasi di bagian tertinggi Benteng Shalahuddin sehingga harus menghancurkan dua bangunan bekas istana Mamluk, yang pernah berkuasa di Mesir.
Saya sengaja datang Jumat. Sebab, pada hari itu masjid agung tersebut tidak digunakan untuk salat lima waktu. Ruang masjidnya luas dengan desain akustik yang memukau. Tata suara dalam masjid didesain sedemikian rupa. Karena itu, suara muazin yang mengumandangkan azan tanpa pengeras suara pun tetap terdengar cukup jelas. Apalagi menggunakan mikrofon, suara khatib yang berkhotbah bergema dengan megah.
Desain konstruksinya juga hebat. Kubahnya yang setinggi 52 meter hanya disangga empat tiang dengan bentangan lebih dari 25 meter. Apalagi, bagian dalam kubah tersebut masih dibebani lampu gantung khas Eropa yang berbobot lebih dari 2 ton. Sedangkan di bagian luar, menjulang menara-menara setinggi 82 meter. Saya dan teman saya yang berpendidikan teknik sipil berdecak kagum kala mengamati bangunan itu.
Kubah tersebut tidak hanya indah dari luar. Dari dalam masjid pun, eloknya bukan main. Selain ornamen, kubah utamanya disanggah empat kubah berbentuk setengah lingkaran yang berukuran lebih kecil. Di situlah kecerdikan sang arsitek. Dia bisa memadukan kebutuhan artistik dan kekuatan konstruksi.
Di pojok-pojok pertemuan antarkubah utama dan pendukung terdapat kaligrafi nama-nama khalifah pada zaman Khulafaur Rasyidin. Yakni, Abu Bakar, Umar bin Khathab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Sedangkan bagian atas mihrab bertulisan Allah dan Muhammad Rasulullah.
Warna hijau dan emas mendominasi dekorasi interior masjid. Berpadu dengan batu onyx dan marmer putih bergurat-gurat cokelat. Sedangkan karpet merah menyala tergelar di lantainya. Sungguh kombinasi yang benar-benar indah. Masjid dengan desain modern itu menunjukkan cita rasa Sultan Ali Pasha yang tinggi. Dia ingin menampilkan Islam Mesir dalam wajah modern.
Padahal, Ali Pasha bukan orang Mesir asli. Dia orang Albania asal Kavalla yang datang ke Mesir sebagai panglima pasukan Turki utusan Dinasti Usmani. Ali dikirim untuk membantu rakyat Mesir melawan pasukan Prancis di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte yang menjajah Mesir.
Keberhasilan memukul mundur tentara Napoleon mengantarkan Ali menduduki jabatan gubernur Mesir. Dia mendapatkan dukungan rakyat dan memperoleh restu ulama-ulama Al Azhar. Maka, sejak itulah dia merintis Dinasti Muhammad Ali Pasha yang menjadi kerajaan terakhir di Mesir. Ali berkuasa di Mesir selama 44 tahun (1805-1849).
Pemerintahannya bergaya militer. Untuk menstabilkan situasi dalam negeri, Ali perlu menumpas petinggi-petinggi Mamluk yang menguasai Mesir pada generasi sebelumnya. Ratusan petinggi Mamluk diundang makan di istana, kemudian dihabisi tanpa ada yang tersisa. Konon, jumlahnya tak kurang dari 500 orang.
Sultan yang kontroversial itu mengembangkan Mesir modern dengan dibantu anaknya, Ibrahim Pasha. Di bawah kendali bapak-anak tersebut, kekuasaan Mesir meluas sampai Syria, Palestina, Yaman, Saudi Arabia, bahkan Oman, Iraq, dan Bahrain. Ali bercita-cita membuat imperium Islam baru untuk menyaingi Dinasti Usmani, Turki, yang mengutusnya. Tetapi, pada akhirnya kekuasaan Ali bisa ditekan Turki yang bersekutu dengan Inggris dan Prancis. Sejak itulah intervensi dunia Barat masuk ke Mesir hingga kini.
Pada zaman Dinasti Ali Pasha itulah Mesir berkembang menjadi negara yang berorientasi ke Barat, khususnya Eropa. Lebih khusus lagi, ke Prancis. Ali mengirim banyak pelajar untuk bersekolah di Eropa. Dia juga melakukan berbagai kerja sama ekonomi dan perdagangan serta mengembangkan sistem administrasi pemerintahan, arsitektur, seni budaya, dan konstruksi bangunan.
Pada zaman Muhammad Ali pula, Mesir membangun bendungan-bendungan baru, memperbaiki kanal-kanal pengairan Sungai Nil, dan menumbuhkan sektor pertanian. Dia memberikan perhatian lebih kepada komoditas kapas dan tebu. Dia juga memperkuat armada militer sehingga sangat disegani di kawasan Timur Tengah.
Dinasti Ali Pasha runtuh pada zaman Raja Farouq, tepatnya 1952. Raja yang terkenal hidup mewah itu dikudeta rakyat Mesir di bawah pimpinan Jenderal Muhammad Najib dan Gamal Abdul Nasser, yang kemudian mereformasi pemerintahan Mesir menjadi republik pada 1953. Sistem pemerintahan itu bertahan hingga sekarang. Sedangkan Raja Farouq diasingkan ke Monaco sampai meninggal. Raja berbobot 140 kg tersebut wafat di atas meja makan saat jamuan di Roma, Italia, dalam usia 45 tahun.
Setelah Ali wafat, keturunannya meneruskan kebijakan membawa Mesir ke Western-minded. Pada era Said Pasha, Mesir membangun Terusan Suez bekerja sama dengan Inggris dan Ferdinand de Lesseps dari Prancis. Kanal strategis itu menjadi salah satu sumber pemasukan yang signifikan, yang kelak menjadi rebutan tiga negara pengelola (Mesir, Inggris, dan Prancis). Sampai kini, Terusan Suez menjadi jalur kapal-kapal besar berlalu lalang antara Laut Mediterania dan Laut Merah.
Begitu banyak kisah yang dihamparkan Allah di sekitar kita. Ada yang baik. Ada juga yang buruk. Semua mengandung hikmah bagi kita agar menjadi orang yang lebih baik pada masa depan. Sedangkan orang sukses adalah orang yang bisa mengendalikan diri untuk selalu berbuat baik. Itulah yang dalam Alquran disebut sebagai orang bertakwa. Sementara itu, orang zalim adalah pihak yang tak mampu mengendalikan dorongan hawa nafsu sehingga mencelakakan diri sendiri di dunia maupun akhirat.
"Maka, pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsu sebagai Tuhan? Allah membiarkannya tersesat berdasar ilmu-Nya. Allah mengunci mati pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya. Maka, siapakah yang akan memberinya petunjuk selain Allah? Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (QS 45: 23)."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar