Jumat, 04 Februari 2011

KINCIR NABI YUSUF DI KOTA SUBUR FAYOUM

DARI Tell Al Amarna, kami meneruskan perjalanan ke Kota Fayoum. Ini adalah kota paling subur di Mesir. Jaraknya sekitar 170 km dari Kota Minya, tempat kami bermalam. Lepas dari Minya, kami menelusuri jalan zira'i, melewati desa-desa di sepanjang pinggir Sungai Nil. Sungguh menyenangkan melewati kawasan hijau penuh pepohonan setelah berhari-hari berada di jalan sakhrawi dengan pemandangan padang pasir nan tandus.
Berbelok ke arah barat, kami menyusuri sebuah kanal besar yang bersumber dari Sungai Nil sebagai aliran utamanya. Kanal itu dikenal sebagai Bahr Yusuf alias Sungai Nabi Yusuf. Sebenarnya, bukan hanya kanal itu yang mengairi kawasan Fayoum. Melainkan, ada lagi dua kanal yang mengapit tepi-tepi Kota Fayoum, yang bersumber dari Sungai Nil. Konon, kanal-kanal tersebut adalah peninggalan Nabi Yusuf yang hidup pada Zaman Pertengahan, Kerajaan Mesir kuno, sekitar abad ke-17 SM.
Ketika itu, sebagian besar kawasan Timur Tengah sedang dilanda musim kering berkepanjangan. Maka, Nabi Yusuf memperoleh kepercayaan dari raja yang berkuasa untuk mengatasi musim kering yang melanda selama tujuh tahun berturut-turut. Nabi Yusuf lantas membangun Kota Fayoum untuk dijadikan lumbung makanan bagi negeri Mesir dan sekitarnya.
Selama tujuh tahun menjelang datangnya musim paceklik itu, Nabi Yusuf berhasil menumpuk makanan sebanyak-banyaknya dari hasil pertanian di Kota Fayoum. Hasil kerja selama tujuh tahun berhasil mengatasi musim paceklik selama tujuh tahun berikutnya. Begitulah yang dijelaskan panjang lebar dalam Alquran, Surat Yusuf.
Bukan hanya orang-orang Mesir yang menerima berkah dari Kota Fayoum. Penduduk negeri-negeri di sekitar Mesir juga mendapatkannya. Di antaranya, Bani Israil yang tinggal di kawasan Palestina. Digambarkan dalam Alquran, saudara-saudara Yusuf berdatangan ke Mesir untuk meminta bantuan makanan untuk dibawa pulang ke Palestina yang berjarak ratusan kilometer dari Fayoum.
Setelah mereka tahu bahwa Yusuf yang menjadi pembesar di ibu kota Mesir itu adalah saudara mereka, serombongan besar keluarga Nabi Ya'kub pun hijrah untuk menetap di Mesir. Itu terbukti dalam penelitian arkeologi modern, kawasan Fayoum ternyata pernah menjadi permukiman bangsa Yahudi.
Orang-orang Yahudi saat itu bisa memperoleh izin tinggal di sana karena yang berkuasa di Mesir waktu itu adalah bangsa Hyksos yang berasal dari kawasan dekat Palestina. Pada masa-masa itu, Kerajaan Mesir kuno memang mengalami kemunduran dan dijajah bangsa-bangsa lain.
Secara garis besar, Kerajaan Mesir kuno terbagi dalam empat era. Yakni, Old Kingdom (abad 30-21 SM), Middle Kingdom (abad 21-16 SM), New Kingdom (abad 16-7 SM), dan yang terakhir adalah era Late Period (7-1 SM).
Pada era Old Kingdom dan New Kingdom itulah Mesir dikuasai para Firaun. Sedangkan pada era Middle Kingdom dan Late Period, Kerajaan Mesir terpecah-belah menjadi kekuasaan-kekuasaan kecil dan dijajah sejumlah bangsa asing. Sampai akhirnya jatuh ke tangan Yunani-Romawi pada akhir pergantian abad Masehi dan sesudahnya.
Nama ''Fayoum'' berasal dari bahasa Koptik. Yaitu, bahasa Mesir kuno yang sudah bercampur dengan bahasa Yunani: Phiom atau Pa-youm yang bermakna danau atau laut. Di kawasan itu memang terdapat danau cukup besar yang terbentuk sejak berabad silam. Danau tersebut memiliki ketinggian 45 meter di bawah laut, sehingga sulit menggunakan air danau untuk mengairi kawasan yang lebih tinggi di sekitarnya.
Karena itu, di sinilah kecerdikan Nabi Yusuf. Beliau mengalirkan air dari Sungai Nil yang berjarak sekitar 100 km ke danau tersebut. Ada beberapa kanal yang dilewatkan ke daerah pertanian seluas 340.000 hektare di Kota Fayoum.
Untuk meratakan distribusi irigasinya, Nabi Yusuf menggunakan teknik kincir air. Ada ratusan kincir air yang dipakai penduduk hingga sekarang. Salah satunya kincir raksasa yang diabadikan di tengah-tengah Kota Fayoum, dekat kanal utama yang dikenal sebagai Bahr Yusufalias Kanal Nabi Yusuf.
Kini, Kota Fayoum menjadi lumbung padi bagi negeri Mesir. Berbagai macam hasil pertanian dikirim dari kota tua yang subur tersebut. Karena itu, banyak ungkapan yang bersifat pujian terhadap makanan yang lezat dikaitkan dengan Kota Fayoum. Misalnya, ayam Fayoumi atau ayam yang berasa lezat.
Memang benar adanya. Sebab, saya sempat berbuka puasa di kota itu dengan menu ayam Fayoumi. Demikian pula buah-buahan, sayuran, dan hasil pertanian yang baik-baik disebut sebagai Fayoumi...!
Nabi Yusuf adalah nabi keturunan Israil, atau sering disebut Bani Israil. Sebab, Israil adalah nama lain Nabi Ya'kub. Anak-anaknya berjumlah 12 orang, yang kelak menjadi 12 suku dalam Bani Israil pada zaman Nabi Musa.
Yusuf kecil dijahati oleh saudara-saudaranya dan dibuang ke sebuah sumur di kawasan Sinai. Yusuf ditemukan oleh seorang pedagang karavan dari negeri Madyan yang sedang lewat di daerah itu untuk mengambil air di sumur. Yusuf lantas dibawa pedagang tersebut untuk dijual di Mesir. Kawasan tempat menjual Yusuf itu adalah Fayoum. Kawasan tersebut memang menjadi tempat pemberhentian para pedagang karavan dari berbagai negara di sekitar Mesir.
Di Fayoum itulah Yusuf dibeli oleh seorang pembesar bernama Potiphar, orang Hyksos yang dekat dengan kalangan istana. Sayang, istri Potiphar mengakibatkan Yusuf dipenjara dengan tuduhan hendak memerkosanya. Padahal, yang terjadi sebenarnya adalah sebaliknya.
Wanita yang di dalam Alquran dikenal dengan nama Zulaikha itulah yang sebenarnya membujuk Yusuf untuk berlaku serong dan Yusuf berlari keluar ruangan. Celakanya, di depan pintu, ada suami Zulaikha yang lebih percaya kepada istrinya daripada Yusuf. Karena itu, Yusuf pun masuk penjara tanpa proses pengadilan.
Yusuf dipenjara selama tujuh tahun. Tapi, di sanalah dia justru memperoleh ilmu hikmah untuk menakwilkan mimpi yang kelak mengantarkan dirinya menjadi seorang kepercayaan raja. Sang raja bermimpi ada tujuh ekor sapi kurus yang memakan tujuh tangkai padi yang gemuk. Para pendeta pagan di sekelilingnya tidak ada yang bisa menakwili.
Tapi, Yusuf memberikan makna yang tepat tentang mimpi sang raja itu. Yakni, Mesir akan mengalami masa paceklik selama tujuh tahun setelah masa panen raya selama tujuh tahun. ''Yusuf berkata kepada raja: Jadikanlah aku seorang yang berkuasa untuk mengelola (hasil) bumi (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan'' (QS 12: 55).
Maka, atas bimbingan Allah, Yusuf membangun Kota Fayoum menjadi kota yang subur dan membekas hingga sekarang. Karya orang-orang yang berilmu, yang diniatkan ikhlas karena Allah semata, adalah karya abadi yang akan membawa manfaat buat umat manusia. (bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar