Rabu, 01 September 2010

URBANISASI BERDAMPAK POSITIF DAN NEGATIF

Salah satu isu kependudukan yang penting dan mendesak untuk segera ditangani secara menyeluruh adalah urbanisasi.Meski harus diakui bahwa tidak ada negara di era industrialisasi dapat mencapai pertumbuhan ekonomi berarti tanpa urbanisasi.Namun tidak dapat di pungkiri pula, dampak urbanisasi menciptakan masalah kemiskinan beragam, antara lain akibat tidak tersedianya lapangan pekerjaan, ketidaksiapan infrastruktur, perumahan dan layanan publik.
MENURUT Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Suparno, pertumbuhan urbanisasi harus disiasati dengan perbaikan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat perkotaan.Dalam hal ini, Depnakertrans telah melakukan pelatihan,sertivikasi dan penempatan tenaga kerja atau lebih dikenal dengan program three-in-one,Program Revitalisasi Balai Latihan Kerja,Pembukaan Kesempatan Kerja Baru di Luar Negeri dan Program Kota Mandiri (KTM ) di kawasan transmigrasi.
Paparan ini disampaikan Menakerrans saat menjadi keynot speech dalam Seminar Nasional Pertumbuhan Penduduk Perkotaan di Gedung Bidakara,Jakarta, beberapa waktu lalu yang diikuti dengan peluncuran Buku State of World Population Report 2007 yang merupakan kerja sama antara Ikatan Peminat Ahli Demografi ( IPADI ) dengan Lembaga PBB yang menangani kependudukan ( UNFPA ) dan Depnakertrans. Launching buku pada tanggal 27 Juni ini secara serentak juga dilakukan seluruh dunia dalam rangka memperingati Hari Kependudukan Internasional pada 11 Juli 2007.
Laporan State of Worl Population 2007 ini juga memberikan gambaran urbanisasi dunia,bahwa pada tahun 2008,lebih dari separuh penduduk dunia yaitu 3,3 milyar jiwa akan tinggal di daerah urban. “ Angkah ini akan naik tajam menjadi 5 milyar pada tahun 2030,” kata Martha Santoso Ismail,Representative United Nations Population Fund ( UNFPA )
Diakui Martha,urbanisasi mempunyai dampak positif dan negatif. Tidak ada negara di era industrialisasi dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang berarti tanpa urbanisasi. “ Tantangannya adalah belajar bagaimana memanfaatkan kemungkinan - kemungkinannya,” tukasnya.
Hal senada juga diungkap Ketua Umum IPADI Rozi Munir bahwa pertambahan penduduk perkotaan telah menjadi bagian dalam globalisasi yang kehadirannya tidak dapat disekat-sekat lagi.Oleh karena itu,yang terpenting dalam menangani masalah urbanisasi adalah bagaimana membuat kebijakan perkotaan yang sebagian memang masih miskin.
Tak kalah pentingnya, seminar ini menghadirkan sejumlah narasumber yang membahas topik-topik menarik,dipandu oleh Meutia Hafidh reporter dan presenter televisi news kondang . Narasumber tersebut adalah Dr Effendi Gozali,pakar Komunikasi, Prof Dr Ahmad Fedyani saifudin,Dosen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia, Dr Omas Rajagukguk dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan Drs Suwito,SH,MM Dirjen pengawasan Ketenagakerjaan
Menurut Prof Ahmad Fedyani saifudin,kemiskinan massif dan integrative di perkotaan telah mengakibatkan muncul dan berkembangnya kemiskinan kebudayaan dalam berbagai bentuk. Kemiskinan kebudayaan muncul akibat proses adaptasi terus menerus masyarakat perkotaan yang sebagian besar miskin terhadap berbagai tekanan kehidupan.
“ Pada masa kini dan mendatang,persoalan kemiskinan sudah menjadi kebudayaan.Contohnya,hampir semua kegiatan politik,baik yang terorganisir oleh partai-partai politik maupun bukan,uang selalu menjadi sentral.Bahkan hampir semua demo atau tuntutan berbagai pihak ke alamat pemerintah berpusat pada isu uang,”tukasnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar